Pengaruh Kemampuan Berkomunikasi Pada Penyandang Tuna Wicara Dan Tuna Rungu
Edja
Sajaah dan Darjo Sukarja (1995, hal. 48), berpendapat bahwa “Pada umunya
pendengaran anak tuna rungu berpengaruh terhadap kemapuan berbahasanya,
antara lain: Miskin dalam kosakata, sulit mengartikan ungkapan-ungkapan yang
mengandung kiasan, sulit mengartikan kata- kata abstrak kurang menguasai irama
dengan gaya bahasa”.
Dari
ketunarunguan terjadi hambatan pada anak dalam pendidikannya, yaitu:
1.
Konsekuensi
akibat gangguan pendengaran atau tuna rugu tersebut bahwa penderitaannya akan
mengalami kesulitan dalam menerima segala macam rangsang atau peristiwa bunyi
yang ada di sekitrnya.
2. Akibat
kesulitan menerima rangsang bunyi, konsekuensinya penderita tuna rungu akan
mengalami kesulitan pula dalam memproduksi suara atau bunyi bahasa yang
terdapat di sekitarnya. (Mohammad Efendi, 2006, hal. 72).
Dari pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa kehilangan pendengaran bagi seseorang sama halnya mereka
telah kehilangan sesuatu yang berarti, sebab pendengaran merupakan kunci
utama untuk dapat meniti tugas
perkembangan secara optimal. Usaha yang mungkin akan mendorong anak
tunarungu dapat bersekolah dengan cepat adalah mengikuti pendidikan pada
sekolah normal dan disediakan program-program khusus bila mereka tidak mampu
mempelajari bahan pelajaran seperti anak normal.
0 Response to "Pengaruh Kemampuan Berkomunikasi Pada Penyandang Tuna Wicara Dan Tuna Rungu"
Posting Komentar