Pengajaran Alternatif Bagi Penyandang Tuna Rungu Dan Tuna Wicara
Menurut
Smith (2009, hal. 283), terdapat tiga dasar pendekatan pengajaran alternatif
bagi siswa dengan penyandang tuna rungu dan tuna wicara, tiga dasar itu adalah:
A.
Metode manual.
Metode
manual terdisir dua komponen dasar, yaitu bahasa isyarat (sign language)
dan finger spelling.
1. Bahasa
isyarat. Sistem
Isyarat Bahasa Indonesia yang dibakukan merupakan salah satu media yang
membantu komunikasi sesama tuna rungu dan tuna wicara ataupun
komunikasi tuna rungu dan tuna wicara di dalam masyarakat yang lebih
luas. Wujudnya adalah tatanan yang sistematis bagi seperangkat isyarat jari,
tangan, dan berbagai gerak untuk melambangkan kosa kata bahasa Indonesia. Isyarat
yang dikembangkan di indonesia secara umum mengikuti tata/aturan isyarat
sebagaimana yang telah dikemukakan mengenai aspek linguistik bahasa isyarat.
Berikut adalah contoh bahasa isyarat:
Gambar
1. Bahasa
isyarat
Keterangan :
Bahasa Isyarat yang bermakna I Love You
1. Abjad
Jari (Finger Spelling/Finger Alphabet).
Secara
harafiah, abjad jari merupakan usaha untuk menggambarkan alpabet secara manual
dengan menggunakan satu tangan. Berikut adalah contoh abjad jari:
Gambar
2. Abjad jari
Abjad
jari adalah isyarat yang dibentuk dengan jari-jari tangan (tangan kanan atau
tangan kiri) untuk mengeja huruf atau angka. Bentuk isyarat bagi huruf dan
angka di dalam SIBI serupa dengan International Manual Alphabet. Abjad
jari digunakan untuk mengisyaratkan nama diri, mengisyaratkan singkatan atau
akromin , dan mengisyaratkan kata yang belum ada isyaratnya.
A.
Metode oral.
Pendekatan
oral menekankan pada pembimbingan ucapan dan pembacaan ucapan. Para pendidik
kebutuhan khusus yang setuju dengan metode ini memandang bahwa ketergantungan
pada bahasa isyarat dan abjad jari membuat eksklusi penyandang tuna rungu dan
tuna wicara. Kurangnya orang yang tertarik untuk menggunakan dan memahami
komunikasi manusia juga seakan-akan mebatasi mereka yang menggunakan
metode ini sebagai alat utama komunikasinya. Metode oral
membantu siswa untuk lebih memahami ucapan orang lain. Siswa akan dilatih
untuk memperhatikan gerak bibir, posisi bibir, serta gigi agar dapat memahami
apa yang sedang diucapkan. Penyandang tuna rungu juga diajari cara
membaca isyarat-isyarat seperti ekspresi wajah yang akan memudahkan mereka
berkomunikasi.
B.
Metode komunikasi total.
Metode komunikasi total ada
penggabungan kedua metode sebelumnya. Metode ini dipopulerkan oleh lembaga
Maryland School for the Deaf. Lembaga ini membuat gerakan dengan menghapuskan
perbedaan teoritis dan metodologis antara pendekatan oral dan manual. Komunikasi
total memuat spektrum model bahasa yang lengkap, membedakan gerakan/mimic tubuh
anak, bahasa isyarat yang formal, belajar berbicara, membaca ucapan, abjad
jari, serta belajar membaca dan menulis. Dengan komunikasi total, anak tuna
rungu dan tuna wicara memiliki kesempatan untuk mengembangkan dirinya.
Bastable (1997) juga memberikan
pendapat yang sama. Menurutnya, strategi pendidikan yang cocok bagi penyandang
tuna rungu dan tuna wicara antaralain melalui membaca isyarat, membaca gerak bibir,
verbalisasi oleh lawan bicara dan strategi tertulis.
Pemberian
kemampuan pendengaran dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan Amplikasi (Pengerasan
suara), Auditory training (Latihan mendengar), dan latihan
wicara. Lalu melakukan latihan penggerakan organ bicara (oral motor exercise),
melatih anak dengan cara membaca bahasa bibir (lip reading), latihan penempatan
articulator dan
melakukan berbagai terapi kearah yang akan dicapai sehubungan dengan gejala dan
berhubungan dengan nilai bahasa dan bicara.
0 Response to "Pengajaran Alternatif Bagi Penyandang Tuna Rungu Dan Tuna Wicara"
Posting Komentar